Tips and Trik Sukses Menjadi Raja Baca Provinsi Aceh


Ada banyak pertanyaan yang menghampiri saya, baik itu melalui telepon, sms, whatapps, facebook messenger, line, instagram dan twitter yang menanyakan pengalaman saya dalam mengikuti pemilihan Raja dan Ratu Baca provinsi Aceh, 2014 silam.


Postingan kali ini hanya akan menyajikan bagaiamana alur pemilihan Raja dan Ratu Baca Provinsi Aceh 2014 hingga hari penobatan saja.
Tiga tahun yang lalu, pengumuman pemilihan Raja dan Ratu Baca Aceh terpampang jelas di pagar Pustaka Wilayah, Lamnyong, Darussalam. Kala itu tertulis bahwa pendaftaran dibuka sampai tanggal 8 September, jika tidak salah saya yaa.

Proses seleksi di mulai dari seleksi berkas, tes tertulis dan wawancara.
Seleksi berkas terdiri dari;

1. Pengisian formulir, saat saya mengisi formulir ini panitia meminta untuk mencantumkan lima prestasi yang diungulkan (saya memulainya dengan prestasi sebagai Duta Promosi Pariwisata Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Representative Indonesia pada Nusantara Leadership Camp, Juara 1 MTQ Mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Cab Syarhil Quran dan Peserta pada National Future Educator Conference). Tips dari saya di kolom ini adalah usahakan untuk mencantumkan prestasi yang sesuai dengan kapasitas seorang Raja atau Ratu Baca. Saya memilih mencantumkan prestasi duta di atas karena ini bukti bahwa saya sudah mumpuni di bidang ini tentu akan mudah dalam menjalankan peran sebagai raja jika terpilih nanti. Indonesia representative sebagai bukti pula bahwa saya memiliki koneksi yang baik di tingkat international. Adapun juara 1 MTQ sebagai bukti bahwa kemampuan public speaking saya sudah tidak dapat diragukan lagi.


                                    Baca juga : Tips menjadi raja baca provinsi Aceh 



Selain lima prestasi yang diunggulkan, panitia juga meminta kita mencantumkan lima organisasi dan jabatan. Saya tidak ingat dengan baik organisasi apa saja yang saya cantumkan kala itu. Tapi yang pasti organisasi yang saya cantumkan ke semuanya memiliki hubungan dengan kapasitas saya dalam menunjang performa sebagai Raja Baca Aceh.
Selain lima prestasi dan lima pengalaman organisasi, panitia juga meminta untuk mencantumkan lima buku terfavorit yang pernah dibaca. Nah, ini esensi yang paling penting. Kala itu, saya mencantumkan lima judul buku dari masing-masing genre. Pertama fiksi, non fiksi, politik, sosial dan pendidikan. 
Genre fiksi, saya mencantumkan Novel Ayat-Ayat Cintanya Kang Abik. Jatuhnya pilihan ke kang Abik dikarenakan novel ini sarat akan makna keislaman yang tentunya sangat cocok dengan culture masyarakat di Aceh. Selain itu nilai perjuangan dalam meraih pendidikan juga tak dapat dikesampingkan. Untuk genre non fiksi, saya memilih buku Produktif 24 Jam karya Abu Qa'qa Muhammad bin Shalih Nuri. Alasan saya memilih buku ini dikarenakan saya percaya bahwa muslim atau pribadi yang baik adalah dia yang bisa memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Dalam bukunya Abu Qa'qa menjabarkan dengan baik bagaiamana mencapai hal itu. Genre politik, sosial dan pendidikan saya tidak ingat lagi judul-judul buku yang saya cantumkan. Kenapa saya memilih lima genre. Hal ini dikarenakan bahwa seorang Raja atau Ratu adalah iya yang melakoni semua genre. Bahan bacaannya tidak hanya tentang politik, atau bahwa novel semata. Tapi ia mampu mengcover semua genre. Tentu sangat tidak indah, jika raja atau ratu hanya terpaku pada bahan bacaan tata cara membuat kue dengan enak. Bagaiamana jadinya ketika ia harus hadir dalam sebuah forum sedangkan bahan bacaannya hanya tentang tataboga saja. Tidak elokkan. Saran saya saat mengisi kolom ini. Isilah sesuai dengan jumlah yang diminta panitia jangan melebih-lebihkan. 2014 lalu, ada loh peserta yang menambahkan empat kertas a4 lain untuk menyebutkan bahwa dia sudah membaca banyak sekali buku. Saya NO kan untuk hal seperti ini. Ada juga pengalaman lucu lainnya, beberapa peserta malah melampirkan sertifikat prestasi yang ia miliki. Padahal panitia tidak meminta hal ini. Jadi, jangan ngelakuin sesuatu yang tidak diminta yaaa. Ini bukti kuat bahwa kamu tidak memahami dengan baik intruski yang diberikan oleh panitia.



2. Tes Tulis, tahapan seleksi selanjutnya adalah tes tulis. Selang beberapa hari dari penutupan pendaftaran, panitia mengumumkan nama-nama yang masuk ke tahapan selanjutnya yakni tes tulis. Kala itu, tertulis berlangsung mulai pukul 08:00-10:00 WIB. Peserta dibagi ke dalam dua ruangan. Saya yang hadir 20 menit dari jadwal yang telah ditentukan mendapat nomor urut tes 01 dan berada di ruang baca dewasa 1 pula. Sebelum tes di mulai, panitia membagikan kertas double polio dan satu lembar A4 yang berisikan pertanyaan. Panitia menyebutkan bahwa peserta akan disilakan membuka lembar pertanyaan dan memulai menjawab kala ada instruksi dari mereka. Saya yang duduk tepat di samping tembok tengah ruang dewasa 1 itu hanya tersenyum santai sambil memperhatikan cicak yang bernari di dinding ruangan. Beberapa peserta saya lihat sudah mulai membaca list pertanyaan itu meskipun sudah ada larangan dari panitia. Cicak di dinding menyapa saya dan memberitahu agar tetap mengikuti alur yang diberikan panitia. "Jarang curang Aula!" bentak si cicak. "Sesuatu yang dimulai dengan tidak baik maka hasilnya akan tidak baik pula" imbuhnya lagi. "Siap Cak, thank you" jawabku sambil melemparkan senyum genit kepadanya.

Tak sampai lima menit, panita dari bangku paling depan memberi instruksi bahwa ujian tes tulis akan dilaksanakan selama 120 menit.

Truuuk truuuk, goresan pena mulai bergoyang di atas kertas. Adukannya membuat saya terlena bahagia. Saya masih setia memperhatikan ke mana cicak itu pergi hingga kemudian tak terasa ternyata sudah sepuluh menit saya duduk tanpa ada aksi. Kertas soal yang terletak di atas meja saya buka perlahan sambil berharap bahwa jawabannya juga sudah tersedia di sana. Satu, dua dan tiga. Astagfirullah ya Allah, soalnya bukan choise melainkan esai. Ada sepuluh soal dan masing-masing soal terdiri dari dua atau tiga anak. Setengah menghitung, ada 20 soal yang harus saya jawab di atas kertas double polio ini. "Selamat malam" kataku. Sambil terus berharap si cicak kembali dengan membawa kertas double polio berisikan jawaban mata saya mulai menelusiri satu per satu pertanyaan yang tersedia. Butuh waktu hampir lima menit untuk menganalisa tiap soalnya. Sesudah saya rasa paham dan tau harus saya apakan ini soal, baru kemudian pena saya goyangkan ke atas kertas.

Di antara sekian banyak soal. Ada empat soal yang masih saya ingat sampai sekarang. 

            Pertama, jelaskan buku yang pernah kamu baca. Jawaban saya untuk pertanyaan ini adalah saya mendeskripsikan buku Produktif 24 jam karya Abu Qa'qa Muhammad bin Shalih Nuri. Saya menyebutkan sisi kelebihan dan kekurangan dari buku ini, termasuk menyebutkan pengarang, nama kota, tahun terbit dan nama asli dari buku itu. Uraian untuk pertanyaan ini memakan hampir setengah halaman kertas.

           Pertanyaan ke dua yang masih saya ingat adalah, apa yang akan kamu lakukan jika terpilih sebagai raja baca. Pertanyaan ini saya rasa sangat menantang. Jawaban saya tidak muluk-muluk yakni hanya ingin meningkatkan minat baca masyarakat Aceh khususnya mahasiswa melalui talkshow dan program raja goes to campus serta memanfaatkan media sosial untuk berkampanye.

         Ke tiga adalah bagaiamana caranya agar pengunjung perpustakaan wilayah Aceh lebih ramai. Saya sempat terdiam beberapa saat untuk pertanyaan ini. Kelihatan mudah namun sarat akan jebakan saya rasa. Sehingga saya memilih menghentikan goyangan pena yang masih sangat bersemangat itu. Sambil merebahkan punggung ke kursi, saya memperhatikan kembali cicak. Mata saya menjelajah ke semua sudut ruangan, namun kehadiran cicak itu tidak juga muncul. Tapi kemudian saya menemukan jawaban bahwa agar perpustakaan wilayah Aceh yang bernaung di bawah Badan Arsip dan Perpustaakn Wilayah Aceh ini menjadi tongkrongan favorit masyarakat, hal yang harus diperbaiki adlaah: manajemen organisasi yakni petugas harus lebih ramah terhadap pengunjung. Salam, senyum dan sapa harus sedini mungkin diterapkan, kemudian cat dinding ruangan harus lebih eye catching, koneksi internet harus tersedia di semua ruangan sehingga pengunjung lebih leluarsa berselancar di dunia maya, pendingin ruangan harus ditambah. Suhu ruangan yang tinggi tidak membuat rasa nyaman saat sedang membaca. Selanjutnya letak rak buku harus lebih rapi dan tidak dibiarkan tergeletak begitu saja. Tapi pernah dibersihkan debunya. Dan yang terakhir, mengingat letak perpustakaan berada di kawasan mahasiswa maka seyogyanya jam kunjung harus diubah, baiknya tersedianya jam kunjung malam. Selesai mengerjakan tes tulis yang sangat menguras tenaga, pikiran dan keringat. Saya yang saat itu duduk berpapasan dengan ka Ainul Mardhiah mengumpulkan lembar jawaban paling akhir. Saya tidak terkecoh oleh mereka yang terlebih dahulu mengumpulkan, bagi saya esensi jawaban lebih utama daripada mengumpulkannya. Jadilah saya menikmati kesendirian di dalam ruangan yang tak ber-ac itu.

3. Wawancara. Selesai mengumpulkan lembar jawaban. Panitia memberikan pengumuman bahwa wawancara dipercepat dan nomor urut satu hingga 40 akan diwawancara hari ini. Sisanya besok, sebagaiamana terjadwal. Saya yang bernomor urut satu, mengucapkan alhamdulillah. Sehari siap semua, sehingga besok bisa saya gunakan untuk kegiatan lainnya. Dibalik kesenangan itu, timbul rasa khawatir. Dresscode yang saya gunakan sangat tidak siap untuk sebuah proses wawancara. Tidak ada kemeja, jas apalagi sepatu fantofel saat itu. Hanya kaos oblong bertuliskan Bidikmisi Unsyiah. Ah, sudahlah. Wong saya ikut tahun ini tidak untuk menang melainkan untuk mengetahui seperti apa alur pemilihan dan insya Allah di 2015 saya akan memaksimalkan dan menjadi pemenang. Menunggu giliran masuk ke ruangan. Saya bercengkrama dengan beberapa peserta. Rerata dari mereka adalah pemuda yang baru pulang exchange student ke China, Amerika, Kanada, Eropa dan Australia. Orang hebat semua ini dan terpenting secara dresscode mereka sudah pada siap. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentu tidak diragukan lagi. Sekilas saya juga memperhatikan tutur kata dan bahasa tubuh mereka. Berhubung saya belum pernah ke luar negeri, Jadi tidak salah belajar secara gratis dari mereka semua.

Pagi menjelang siang itu, ada tiga pos yang harus kami lalui. Pos pertama yang saya masuk saat itu di wawancarai oleh seorang laki-laki yang sudah berumur. Melihat uban di kepalanya saya taksir umur beliau tak kurang dari 70 tahun. Saat bertemu, saya tidak lupa berjabat tangan sambil mengucapkan salam dan meminta izin untuk duduk.

Di awal, beliau meminta saya untuk menyebutkan nama sembari beliau mengecek formulir pendaftaran. " Aula Andika Fikrullah Albalad, " sapanya sambil membaca dengan saksama tulisan yang saya isi di form itu.

" Tolong jelaskan motivasi kamu ikut ini, " pertanyaan ini saya jawab bahwa "saya ingin meningkatkan kapasitas diri dan lingkungan untuk lebih mencintai dunia literasi sebagai bagian dari hidupnya. Karena maju tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kebiasaan masyarakatnya dan membaca adalah salah satu indikator bangsa yang maju," jelas saya.

Pertanyaan ke dua yang masih saya ingat adalah beliau mempertegas bahwa saya pernah membaca Novel Ayat Ayat Cinta oleh kang Abik, kemudian beliau meminta saya untuk menjelaskan alur cerita sembari menyebutkan peran dan karakter dari masing-masing tokoh utama dan pemeran. Sontak, pertanyaan ini membuat saya sedikit terenyuh. Betapa tidak, novel ini terakhir saya baca saat masih di kelas 2 MAN. Itu artinya sudah lebih dari empat tahun lamanya. Dengan sedikit kekhawatiran tidak bisa menjelaskan dengan baik, saya mencoba menjawab dengan menjelaskan siapa pengarang novel, dan karakter tiap tokohnya. Di penutup untuk pertanyaan ini saya menyebutkan bahwa saya sudah lama membaca novel ini sehingga maaf bila ada lupanya. Pintaku dengan polos.

Hahaha, satu pertanyaan yang bikin saya nyesek lagi adalah beliau meminta saya menjelaskan fungsi dari sebuah perpustakaan dalam bahasa asing. Kebelet saya jadinya. Tidak pernah terpikirkan bahwa akan ada pertanyaan seperti ini. Tanpa pikir panjang, langsung saya tancap gas pol. Berceramah ria menjelaskan fungsi dan manfaat sebuah perpustakaan. " oke stop, sudah cukup dengan saya silakan. Keluar." kata beliau mengakhiri sesi. " terima kasih, pak. Saya izin dulu. Assalamu'alaikum. " dan saya pun bergegas menuju pintu. 

Di luar ruangan, peserta yang masih menunggu giliran pada menghampiri saya dan menanyakan apa saja butir pertanyaan dan kenapa bisa lama sekali. "Lama? " tanya saya keheranan. " iya, bg. 30 menit lebih. " kata mereka.

Di pos ke dua, saya bertemu dengan ibu ini. Di awal perbincangan saya diminta memperkenalkan diri. Belum ada satu pertanyaan yang terlontar, saya kemudian membaca dari gerak dan bahasa tubuhnya bahwa beliau adalah pecinta tanaman bonsai. Sebagai bonsai lovers, tentunya saya tidak melewatkan begitu saja momen ini. Saya langsung mengalihkan pembicaraan kami tentang tanaman yang mahal ini. Hingga beliau mengatakan " nanti tolong bawakan bonsai mangga yang kamu bibiti itu ya." pintanya." "Wah, saya belum menanyakan pertanyaan terkait acara ini. Apa motivasi kamu, Aula? " ketika beliau menyebutkan nama saya dalam pertanyaannya itu sudah menandakan bahwa saya sudah berhasil menyaring keberpihakannya. Sudah cukup saya rasa. Psikologinya telah berhasil saya pengaruhi dan itu sudah lebih dari cukup. Kemudian, saya pun menjelaskan motivasi saya ikut acara itu. Dengan gamblangnya saya jawab bahwa hadiah adalah incaran saya. 5juta di bayar kas untuk seorang mahasiswa adalah harga yang besar kata saya kala itu. 

Keluar dari ruangan beliau ini, selanjutnya saya di pertemukan dengan ibu ini. Tatapannya ke saya kala itu rada sinis dan sarat akan negatif thinking. Hal itu begitu mudah saya ketahui, saat saya menola untuk menjabat tangannya. Perpindahan alis mata, posisi duduk dan raut wajahnya begitu mewakili bahwa ibu ini tidak tertarik pada saya. " please introduce yourself." mintanya. " thank you, ibu. My name is Aula Andika Fikrullah Albalad......, . " saya tidak ingat apa saja pertanyaan yang diajukan oleh ibu yang pada akhirnya saya ketahui bernama ka Tengku Nurul, ini. Selesai menjawab semua pertanyaan, saya pun meminta izin keluar tanpa berjabat tangan dengannya.

Tahapan seleksi sudah berjalan dengan baik. Saya menikmati setiap detailnya sambil menyatakan bahwa tahun saya akan ikut lagi dan menang. 

Beberapa hari kemudian. Saya yang baru saja mandi menerima sebuah panggilan masuk. Dan dari perbincangan singkat itu saya dapati bahwa sebuah kabar bahagia bahwa saya di minta hadir ke rapat persiapan hari kunjungan perpustakaan yang sekaligus bertepatan dengan roadshow dari perpustakaan Nasional Republik Indoensia yang dihadiri Bintang tamu utama yakni aktris Astrid Ivo. Kehadiran saya dalam rapat itu bukan dalam kapasitas sebagai panitia melainkan saya telah dinyatakan sebagai pemenang dan berhak menyandang status sebagai Raja Baca Provinsi Aceh 2014 setelah menyisihkan 94 peserta terbaik lainnya. Alhamdulillah, ya Allah.

Untuk kalian yang saat ini sedang berjuang untuk memperoleh gelar Raja atau Ratu Baca Provinsi Aceh, saran saya hanya luruskan niat terlebih dahulu. Jangan pernah berlaku curang dalam tiap prosesnya. Bubuhkan jawaban dengan baik, jika diminta isi maksimal lima, maka isi lima saja. Jangan menambahkan dua atau bahkan halaman lainnya. Untuk tahapan tes tulis, baca sebanyak mungkin berita teraktual saat ini. Jika ada case study, jangan berceramah ria saja tapi ulurkan solusi yang bisa kamu lakukan untuk menyelesaikan persoalan itu. Tidak perlu wow aksinya, kecil tapi solutif dan mudah diaplikasikan. Tahapan wawancara, gunakan dresscode sebagai mungkin. Usahakan menggunakan kemeja, jas dan sepatu fantofel. Jangan sekali-kali menggunakan kaos polo seperti yang saya gunakan kala itu. Bahaya mengancam!Perhatikan lawan bicara dalam hal ini si pewawancara. Selain penampilan, posisi dudukmu juga tak boleh nyeleneh alias malas. Be ready dengan duduk tegap dan penuh senyum. Gunakan semua anggota badan untuk menjelaskan dan memperkuat argumenmu. Menggunakan anggota badan di sini, tidak untuk kekerasan yaaa. Jangan sampai, karena kamu tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik lantas kamu menggunakan menyapa si pewawancara dengan baik kakimu. NO untuk hal itu. Apa pun itu, adab di atas segalanya.

Saya rasa cukup ulasan ini. Semoga membantu kamu semua yang sedang mempersiapkan diri merebut mahkota Raja dan Ratu Baca Provinsi Aceh. Saya tunggu nama dan foto kamu -- terpajang di deretan Raja dan Ratu Baca Provinsi Aceh -- di ruang pak Kepala Dinas.

Semangat dan semoga Allah mudahkan segala urusan.

CONVERSATION

8 Comments:

  1. Keren banget yaa pemilihannya, jadi Raja Baca..menularkan virus baca..

    BalasHapus
  2. Waaah keren yaaa. aku orgnya malas baca dari kecil, tapi memang dari baca itu ilmunya banyak. Keren nih ada acara ini supaya banyak yang suka baca

    BalasHapus
  3. "membaca adalah salah satu indikator bangsa yang maju". Setuju banget dengan poin ini.

    BalasHapus
  4. Baru tau ada kompetisi seperti ini di Aceh.
    Terima kasih buat saran-sarannya :)

    BalasHapus
  5. Ciiee kak Aula Raja Baca Aceh hehe barakallah. Semoga bs menularkan ke org lain kakak. Btw pemilihan ini di Jakarta ada ga ya hehe taunya Duta Baca ajaa

    BalasHapus

Thank you for read and comment on my blog.